Swatantra Ekajati

Swatantra [swa·tan·tra] dalam kamus bahasa Indonesia dalam Jaringan berarti pemerintahan sendiri; otonomi. Sedangkan Ekajati [eka·ja·ti] masih merujuk pada kamus bahasa Indonesia mempunyai arti nama strata terendah dari kasta Sudra. Dalam tradisi hindu/budha, seperti yang kita ketahui bahwa hindu/budha adalah agama yang sangat berpengaruh pada awal awal kejayaan kerajaan di nusantara, Sudra adalah kasta yang terendah setelah Brahmana, Satria, Waisya. Nah Ekajati adalah strata terendah dalam Kasta Sudra. Bisa diartikan 'rakyat kecil' yang paling kecil dan paling sering diijek-injek, dijadikan korban, disalah-salahkan, dijadikan kambing hitam, pokoknya yang apes apes deh,,hehe. Maka jika digabungkan dua kata tersebut, menjadi berarti pemerintahan sendiri/mandiri oleh rakyat jelata alias otonomi kerakyatan..(walah, aneh aneh aja?! ^_^). Aneh?, mungkin iya. Tapi itu lah kenyataannya. Rakyat yang sebenarnya memilih dan menggaji pemimpin (entah itu raja, presiden, atau raja yang kepresiden-presidenan, atau mungkin presiden yang keraja-rajaan ^_^), disini malah seringkali diinjek-injek harga dirinya, direndahkan martabatnya, dihina-hina, dipersalahkan, dituntut macem-macem, oleh pemimpin yang seharusnya mengayomi, melayani, dan meninggikan derajat dan martabar rakyat. Ups, kok jadi panjang neeh urusannya. ^^, Ah tak apa apalah, kapan lagi kita belajar menulis dan mebaca..hehe..

Baiklah kita kembali dulu ke kata Swatantra Ekajati,..Menyinggung soal kata Ekajati, aku jadi teringat sebuah pertunjukan wayang di Indosiar waktu itu. Sebuah pertunjukan wayang oleh ki dalang Hadi Sugito dengan lakon 'Wahyu Ekajati'. Begini ceritanya, Prabu Kresna sebelumnya telah mengadakan pesta perkawinan antara putrinya, Siti Sundari, dengan putra Arjuna, Abimanyu (dalam lakon Abimanyu Kromo). Kemudian tak lama setelah itu, Abimanyu dan istrinya kemudian menempati wilayah Tanjung Anom. Berdasarkan wangsit yang diperolehnya, negri Tanjung Anom akan menemukan kejayaan bila memenuhi persyaratan-persyaratan : Memperoleh wahyu ekajati, Pusaka Jamus kalimasada dibacakan di Tanjung Anom, Kembang Wijaya Kusuma (pusaka Kresna), Pusaka senjata Nenggala (pusaka Mandura). Kemudian dijelaskan [diwedar] oleh Prabu Baladewa makna dari keempat persyaratan tersebut. Pertama wahyu ekajati, wahyu itu kanugrahan, eka itu sawiji, jati sering disebut sebagai kesejatian. Yang kedua, Pusaka Jamus Kalimasada itu buku panutan kiblat laku kang becik, kiblate wong kang laku utomo, patut kangge pandome para muda [translate: serta cocok untuk petunjuk kawula muda], ngerti tegese pusaka tersebut sama dengan mengerti kiblat nya hidup sekaligus ngert kiblatnya kematian. Ojo njur maca komiiikkk ae [begitu kata ki dalang kala itu]. Yang ketiga, Kembang Wijaya Kusuma, Kembang itu bisa diartikan bibit (calon pemimpin) , Wijaya berarti unggul  Kusuma berarti kemampuan dasar, watak, trah. Dan semua memang sudah tahu bahwa Abimanyu memang dari kecil besar tirakatnya sehingga tidaklah mengherankan jika dia mempunyai watak dasar kepemimpinan yang unggul.Yang keempat, Senjata Nenggala itu nugala artinya luku (bajak), jadi pemimpin itu tak hanya memikirkan urusan dalam istana, tapi juga memikirkan urusan diluar istana yakni kawulo alit. Jadi kawula alit yang tiap harinya megang luku dan garu, jangan disepelekan, mereka itu sakaguru negara. Tidak ada mereka maka tidaklah tegak berdirinya suatu negara. Begitulah cerita wayang yang kusimak saat itu.

Heheh, kok jadi ngelantur ya?! Ah tak apalah.

Nah dengan uraian singkat diatas, kiranya sudah mulai ada gambaran tentang makna kata Swatantra Ekajati. Pada kondisi aklaq kepemimpinan yang jatuh seperti seperti di negara kita ini, tentu patutlah kiranya cerita-cerita wewayangan diatas dijadikan pengingat bagi kita terutama generasi muda. Ibarat sakit, penyakit kita ini seperti kanker stadium lanjut. Jika tak segera mengambil sikap dan keputusan maka tamatlah riwayat.Yang masih bisa diselamatkan, selamatkanlah. Yang masih belum terkontaminasi, jagalah supaya tetap sehat dan bersih. Yang sudah sakit akut tak bisa disembuh, doakanlah.

Bisa dikatakan Swatantra Ekajati atau Otonomi kerakyatan atau Pemerintahan yang mandiri atau apalah kau menyebutnya. Ini adalah sebuah cita-cita yang sampai hari ini belum tercapai. Dan kukira perjalanan untuk mencapainya masih sangatlah jauh, sepuluh tahun, dua puluh tahun, mungkin limapuluh tahun, atau bahkan ratusan tahun. Maka persiapkan bekalmu dari sekarang kawan. Persiapkan anak-anakmu untuk meneruskan perjalanan. Dan mungkin bukan kau atau anak-anakmu bahkan belum menikmati hasilnya. Mungkin baru cucu atau cicitmu yang akan melihat hasilnya. Tapi jangan putus asa kawan. Niatkan ini untuk tirakatan, seperti yang dilakukan Abimanyu. Tetaplah tegar meski dalam kondisi sukar, tetaplah solid meski dalam kondisi sulit. Tetaplah bertahan meski tubuh kita penuh beban. Teruslah bergerak meski kepala kita terinjak. Jangan Menyerah!! ^,^ [lagunya de nasib yach?!]

Mari kita mulai dengan hal kecil yang kita bisa. Aku memulai dengan tulisan ini, Kau memulainya dengan apa??

Dimuat juga di : Lontar Swatantra

Komentar